Tiongkok (China) memang telah menunjukkan minat yang besar untuk berinvestasi di Indonesia, terutama dalam kerangka kerjasama ekonomi yang lebih luas. Salah satu cara utama untuk mencapai tujuan ini adalah melalui peran dan inisiatif yang diambil oleh pejabat Indonesia, seperti Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto.
Prabowo Subianto, yang juga merupakan salah satu tokoh politik penting di Indonesia, telah memainkan peran dalam memperkuat hubungan antara Indonesia dan Tiongkok. Di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, Indonesia telah secara aktif terlibat dalam berbagai kerjasama dengan Tiongkok, terutama dalam bidang infrastruktur dan investasi, yang merupakan bagian dari inisiatif “Belt and Road Initiative” (BRI) yang dipimpin oleh Tiongkok.
Dalam kunjungan kenegaraan ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Presiden Prabowo Subianto didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyaksikan langsung penandatanganan sejumlah kesepakatan kerjasama di Indonesia-China Business Forum (ICBF) 2024.
Beberapa aspek yang dapat menjelaskan keterlibatan Prabowo dan kerjasama Tiongkok-Indonesia, antara lain:
Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan penandatanganan kerja sama antara sejumlah perusahaan Indonesia dan korporasi China dengan nilai investasi mencapai USD10 miliar atau Rp156,19 triliun (kurs Rp15.619). “Hari ini sangat strategis, karena kesepakatan lima hari bernilai sepuluh juta, saya pikir ini sangat strategis,” terangnya.
Beberapa kesepakatan yang ditandatangani mencakup pengembangan proyek-proyek EBT seperti pembangkit listrik tenaga air terintegrasi dan pengembangan infrastruktur pendukung energi bersih lainnya. Kerjasama ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi energi bersih di Indonesia dan memperkuat ketahanan energi nasional.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan, ICBF 2024 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menarik investasi asing langsung dalam pengembangan sektor energi yang berkelanjutan. Kerjasama dengan Tiongkok akan mempercepat upaya kita dalam menargetkan sedikitnya 60% menggunakan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) dari total pembangkit untuk 10 tahun kedepan.
“Kerja sama yang terjalin dalam ICBF 2024 akan menjadi contoh yang baik bagi negara-negara lain di kawasan dalam membangun kerja sama yang saling menguntungkan dan berkelanjutan,” tutupnya.
Sebagai informasi, beberapa nota kesepahaman tentang energi yang ditandatangani pada ICBF 2024, yaitu Nota Kesepahaman antara Nota Kesepahaman Antara PT PLN (Persero) Dengan SDIC Power Holdings Co., Ltd. Tentang Kerja Sama Pengembangan Penciptaan dan PT PLN (Persero) dengan PT Huawei Tech Investment tentang Kerja Sama Studi Percepatan Transformasi Digital Pada Industri Ketenagalistrikan untuk Mendukung Transisi Energi di Indonesia. (RD)